Header Ads

Thursday, November 4, 2010

Fisik Tak Normal, Bekerja Sebagai Tukang Jahit


Tidak semua orang memiliki ketegeran seperti Efendi, laki-laki dengan sapaan akrabnya Uda Pepen itu, meskipun mengalami kekurangan secara fisik. Namun, Pepen tetap survive menjalani
hidup dengan bekerja sebagai tukang jahit.


IMAN KURNIAWAN - Curup Tengah



PEPEN (32) tidak sama seperti orang lain pada umumnya. Sejak lahir, secara fisik Pepen memiliki kekurangan pada fisiknya, yakni bagian kaki pepen tidak normal. kaki Pepen, tidak bisa digunakan untuk berjalan, karena bentuknya yang membengkok dan panjangnya tidak seperti laki-laki seusianya. untuk berjalan, Pepen menggunakan bantuan berupa kursi kecil dari kayu yang digeser-geser dengan tangan sambil duduk.


Sementara banyak orang yang putus asa karena cacat secara fisik, yang pada akhirnya turun kejalan berprofesi sebagai peminta-minta, berbeda dengan Pepen. Dibalik kekurangannya itu, Pepen ternyata piawai dibidang jahit menjahit dan sebagai tukang kayu. "Saya bisa menjahit apa saja, baju, celana, kecuali jas," ujar Pepen.

"Saya ingin
mendapatkan rejeki
dengan bekerja,"

Dengan dibantu oleh ibunya, Sulfitri, Pepen membuka usaha menjahit di rumahnya di Belang Masjid Al Aman Darussalam, Talang Rimbo Baru. Pepen sudah mulai menjahit sejak 15 tahun yang lalu, karena Pepen tak ingin berputus asa dengan keadaan dan kekurangan yang dideritannya. "Saya ingin mendapatkan rejeki dengan bekerja," imbuh Pepen.
Pepen mulai belajar menjahit kepada ibunya sendiri, yang setia mendampingi dan selalu memberi semangat kepada Pepen, karena menurut ibunya bahwa dibalik kekurangan itu diberi kelebihan. Di samping piawai menjahit, Pepen juga pandai bertukang kayu, membuat almari, kursi dan meja. "Lemari yang didapur itu saya buat sendiri," kata Pepen bangga. Rupanya, Pepen pernah mengikuti kegiatan pelatihan menukang tahun 1990 lalu di Banyumas dan tahun 1995 di Perumnas. Hanya saja, setelah itu Pepen mengatakan sudah tak pernah lagi mengikuti pelatihan. Menurut Pepen, entah memang dirinya yang tidak tahu atau memang sudah tidak ada lagi pelatihan serupa. "Kalau ada saya ingin mengikuti pelatihan lagi," harap Pepen. Wajar saja jika Pepen tidak tahu jika ada pelatihan, karena sehari-hari Pepen Pepen hanya menghabiskan waktu di rumah, jika ada pesanan menjahit baru kemudian Pepen menjahit.

Dikatakan Pepen, sebagai penjahit, dalam sebulan dirinya dan ibunya mendapat penghasilan kurang lebih Rp 500 ribu. Tentu saja, dengan dana yang segitu tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. "Tapi kami harus tetap berusaha, karena Tuhan tidak akan diam," ujar Pepen.
Sebagai penjahit, sudah pasti Pepen sangat membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya. Sebab, hingga saat ini Pepen mengaku belum mendapatkan bantuan modal sama sekali dari Pemerintah, untuk mengembangkan usahanya itu. Namun, sudah satu tahun ini, Pepen mendapat bantuan dana Rp 300 ribu per bulan. "Kalau memang ada bantuan pinjaman modal, seperti KUR (Kredit USaha Rakyat) saya tertarik," tukas Pepen. Diutarakan Pepen, dirinya tidak mengetahui sama sekali jika memang ada kucuruan-kucuran modal seperti itu. "Saya cuma dirumah saja. Jadi saya kurang tahu informasi di luar," jelas Pepen yang bercita-cita membesarkan usahanya itu untuk memenuhi kebutuhan keluarga

Namun, sudah beberapa hari ini yang menjadi pikiran Pepen, yakni adik kandungnya Rina, yang tengah mendapatkan perawatan di RSUD Curup, karena harus menjalani operasi melahirkan. "Adik saya membutuhkan dana yang cukup besar untuk operasi. Periksa darah saja, Rp 250.000 sekali periksa," tukasnya. Sementara suami adiknya hanya sebagai buruh tani. Tentu saja, untuk membiayai pengobatan adiknya juga dibebankan kepada keluarganya. Sedangkan orang tuanya, sudah beberapa hari tidak menjahit, karena harus menemani adiknya di RSUD. "Kami sangat butuh dana untuk membiayai operasi adik saya," terangnya. Saat ini, adiknya itu sudah 3 hari menjalani perawatan di RSUD Curup.(**)


Di Muat SKH RPP

No comments:

Back To Top