Header Ads

Wednesday, November 3, 2010

Manusia Tidak Mampu Menolak Hujan, Hanya Mampu Memohon Kepada Sang Kuasa





Berbincang-Bincang Dengan Mbah Yugo Suwito (100 tahun), Sering Diundang Setiap Ada Acara Besar

Manusia Tidak Mampu Menolak Hujan, Hanya Mampu Memohon Kepada Sang Kuasa


Yugo Suwito atau pria dengan panggilan akrabnya, Mbah Yugo, adalah seseorang yang dipercaya memiliki kemampuan supranatural. Mbah Yugo, kerap diundang setiap kali ada acara-acara besar, salah satunya saat penutupan TMMD (TNI Manunggal Masuk Desa) di Lapangan Sepak Bola, Desa Sambirejo, Selupu Rejang, Rejang Lebong, Selasa (2/11). Mbah Yugo diminta bantuannya untuk menangkal hujan. Benarkah? berikut perbincangan dengan Mbah Yugo.

IMAN KURNIAWAN - Selupu Rejang


Mbah Yugo berpenampilan sangat sederhana, mengenakan pakaian serba hitam dan terselempang kain yang tampak sudah tak baru. Karena, dari bentuk kain terlihat sering digunakan oleh Mbah. Dibagian kepalanya ditutup dengan iket (kain penutup kepala) dari batik. Selain itu, Mbah Yugo mengenakan sapatu tinggi atau sering disebut dengan sepatu bot. Dan tidak ketinggalan, dibagian jari manis kiri dan kananya melingkar cincin bermata besar yang memancarkan energi magis. Meskipun usiannya, sudah menginjak 1 abad, namun mbah Yugo masih mampu melihat dengan tajam, dan kacamatanya tidak seperti orang seusianya, yang terlihat tebal. Kacamata yang dikenakan mbah Yugo tampak seperti kacamata seseorang usia 40-50 tahun.

Yang paling menarik dari Mbah Yugo yakni tongkat berwarna coklat melingkar-lingkar seperti ular cobra yang selalu digenggamnya. Bagian bawah tongkat yang menyentuh tanah persis seperti ekor ular dan bagian atas tongkat, yang selalu digenggam Mbah yugo bentuknya lebar persis seperti kepala ular cobra. Namun sayang Mbah Yugo tidak mengetahui dari kayu apa tongkat itu terbuat dan dari mana asalnya. "Saya tidak tahu dari mana tongkat ini," kata Mbah Yugo. Apakah tongkat itu merupakan warisan turun temurun? Mbah Yugo juga tidak mengerti, tahu-tahu tongkat itu sudah ada pada dirinya.

Mbah Yugo, adalah pria kelahiran Wates, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta seratus tahun yang lalu. Sekitar tahun 1957, Mbah Yugo hijrah ke Kabawetan, Kabupaten Kepahiang. Entah bagaimana awalnya Mbah Yugo dipercaya mampu menunda kedatangan hujan. Mbah Yugo mengaku, sering diajak setiap ada acara besar, bukan hanya di Kepahiang dan RL, tapi juga Mbah Yugo sudah sering berkeliling Provinsi Bengkulu, seperti Bengkulu Utara dan Sebagainya. "Saya juga sering diajak oleh Gubernur," aku Mbah Yugo.

Kemarin Selasa, saat acara penutupan TMMD di Lapangan Sepak Bola, Desa Sambirejo, Selupu Rejang, keadaan langit tampak hitam pekat, menandakan saat itu bakal turun hujan yang sangat lebat. Sebelumnya, pagi sekali, Selupu Rejang sempat diguyur hujan. Mbah Yugo, tampak duduk tenang dibawah tenda tamu udangan, sejak awal Mbah Yugo tidak beranjak dari tempat duduknya. Dan juga tidak berbicara sama sekali. Namun, dari diamnya Mbah Yugo itu, tersirat bahwa sesungguhnya Mbah Yugo tidak diam. Mbah Yugo tengah mengucapkan sesuatu, hanya saja apa yang diucapkan tidak ada yang tahu kecuali Sang Maha Kuasa. Hingga acara usai, baru kemudian Mbah Yugo beranjak dari tempat duduknya. Anehnya, walaupun langit sangat gelap, ketika berlangsungnya Upacara Penutupan TMMD, hujan tidak turun, hanya angin yang bertiup lumayan kencang. Lambat laun, awan yang tadinya hitam terbuka, cahaya matahari menembus hingga lapangan. Hingga acara usai, hujan tidak turun. Ketika ditanya apakah Mbah Yugo memiliki kemampuan menangkal hujan? Mbah Yugo dengan polos mengatakan, tidak memiliki kemampuan itu. "Yang punya kuasa untuk menurunkan dan menunda datangnya hujan itu Yang Maha Kuasa. Manusia tidak mampu menangkal hujan. Kalau Yang Maha Kuasa Menghendaki turun hujan, kita tidak bisa menolak," kata Mbah Yugo bersahaja. Namun, kata Mbah Yugo, sebagai manusia perlu berdoa, agar Upacara dapat berlangsung lancar dan aman. "Saya hanya berdoa memohon agar upacara berjalan lancar, salah satunya memohon agar tidak turun hujan," pungkas Mbah Yugo.(**)

Pernah Di Terbitkan SKH. Radar Pat Petulai (RPP)

No comments:

Back To Top